Habis Tahlilan untuk Putrinya, Mimpi Jumpa Kanjeng Nabi Nggandeng Putri Tercinta
Anda dan saya, pasti sering menyaksikan orang yang sangat dihormati karena memang dia manusia mulia. Derajatnya tinggi dalam pandangan Gusti Allah serta makhluknya. Serta sebab rasa cinta kita, kita pun senang serta berusaha bisa dekat dengannya. Menciumi tanganya, meminta doanya, serta berharap menerima hikmah atau berkat darinya.
Menjumpai orang saleh, 'alim seperti itu, yang umumnya berpenampilan sesuai harkatnya; khas pakaian ulama, bahkan banyak yang secara simbolik menjadi imam, panutan warga , mengasuh pesantren, menjadi guru, dan seterusnya. Itu jelas telah biasa serta memang begitulah yg kita rasakan selama ini.
Saya benar-benar bersyukur, dalam pengembaraanku berburu buku-kitab antik, khususnya buku-buku peninggalan Simbah Kiai Sholeh Darat, aku beberapa kali mendapati orang-orang yang luar biasa tapi tersembunyi dari "kemuliaan permukaan".
Saya bertemu dengan orang yang sangat alim, sangat kuaat spiritualnya, sangat khusyuk ibadahnya, tetapi sangat tawadhu’ sehingga sangat tidak kelihatan jikalau beliau orang mulia di sisi Tuhannya.
Karena penampilannya jauh dari kesan seorang kiai, kepala jarang ditutupi kopiah atau peci. Busananya selalu kaos oblong, celana panjang pun selalu jeans rona anak belia. Bahkan celana seragam Sekolah Menengan Atas!
Tinggal di gubuk sempit di kawasan kumuh kota, berbaur dengan orang-orang pinggiran yang terhempas kerasnya kehidupan kapitalis metropolitan. Pada gang sempit serta kumpulan kos-kosan sesak yg isinya berjejal manusia pengais rezeki sebab tidak ingin mati kelaparan.
Untuk bisa mencapai rumahnya, aku wajib memarkir sepeda motor pada lorong lorong, lalu berjalan di jalan jalan sempit yang selokannya mampat berbau pesing.
Tapi, Masya Allah, dibalik tumpukan pakaian anak-anaknya, tersimpan rapi buku-buku mutiara hikmah karya ulama nusantara. Dan rutin beliau baca secara diam-diam di malam hari, jangan sampai terlihat tetangga.
Subhanallah, beliau mampu menerangkan padaku , aneka ilmu dari buku-buku langka itu, yg tak pernah saya dapatkan di bangku madrasah juga semasa mondok di pesantren. Beliau bisa "aku paksa " dengan ilmu plekathik saya, hingga mau cerita berbagai hal-hal luar biasa yang pernah dialaminya.
Takjub sekali saya, orang yang sama sekali tidak tampak menjadi panutan umat, ini kapan pun bisa ditemui Nabi Khidlir, Syeh Abdul Qodir Jailani, dalam keadaan terjaga maupun mimpi. Beberapa kali beliau mimpi ditemui Kanjeng Nabi Muhammad. Serta tentu saja, sangat biasa berjumpa serta muhadatsah menggunakan Mbah Sholeh Darat.
Ada satu kisah mimpinya ditemui Rasulullah, kala itu dia usai ditinggal wafat putrinya yg berusia 7 tahun. Sedih kehilangan anak, dia pun berdoa dengan mendawamkan dzikir entah apa, (beliau tak mau memberitahu saya). Dalam tidur usai kantuknya sebab lelah, di malam usai tahlilan untuk anak perempuannya itu, dia bermimpi disapa Kanjeng Nabi.
"Assalamualaikum, Ya ....... (nama beliau).
Gelagapan, dalam mimpi itu, beliau bertanya kepada sosok yang memberi salam.
"Jenengan sinten?"
"Ana Rasulullah. Ini anakmu kuajak bersamaku".
Pada mimpi itu, dia melihat putrinya yang sudah wafat, tampak tersenyum dan melambai sambil digandeng Kanjeng Nabi. Lambaian seperti mengajak ayahnya ikut dan beserta Kanjeng Nabi.
Subanallah. Aku serta Anda bertemu orang mulia pada masjid atau musholla, itu sudah biasa. Melihat orang mulia yang disanjung dan dihormati pada keramaian, pasti sudah sering.
Akan tetapi bertemu orang luar biasa yg tidak kelihatan sebagai "siapa-siapa", mungkin sangat jarang. Bahkan tak pernah. Serta bersyukurlah Jika Anda pernah diwejang pengajar atau orang tua, agar bersiap jumpa orang mulia pada wujud yg sangat beda. Bahkan Nabi Khidir seringkali muncul dengan rupa penampilan orang yg tidak disukai, seperti gembel berbau tengik atau pria buruk rupa yang mengemis di depan pintu rumah Anda.
(Mohammad Ichwan/Semarang/NU online)